Al Qur’an adalah kitab yang paling unik, dalam arti kata tidak ada contoh serupa yang ada di dunia. Lihat saja susunannya, bab per bab (yang disebut Surat) yang sangat acak, non-kronologi bahkan sepertinya anti-kronologi, sulit ditemukan tema intinya. Sedangkan isinya (yang disebut Ayat) banyak melompat-lompat, berulang dengan ayat surat lainnya, dan sulit dicernakkan, karena begitu banyak disharmoni dan inkonsistensinya. Tetapi Kitab ini dianggap oleh Muslim sebagai buku suci yang paling sempurna di dunia. Dipercaya setiap kata dan hurufnya adalah total wahyu suci yang tidak mengandung kelemahan atau kesalahan terkecilpun. Sebab ia bukan ditulis oleh manusia, tetapi perwahyuan oleh Allah yang Maha Tahu dan Maha Kuasa, sejak semula tanpa awalnya. Walau Maha Sempurna, namun diakui bahwa sebagian dari ayat-ayatnya sempat dibatalkan dan diganti baru (nasakh dan mansukh) oleh yang punya wahyu itu sendiri. Dengan perkataan lain, wahyu Allah yang lebih baik perlu menggantikan wahyu yang kurang baik, supaya tuntas sempurna.
Kitab ini seluruh isinya di-klaim (tanpa bukti independen) disampaikan oleh tiga sosok oknum yang berlainan zatnya, yaitu manusia Muhammad yang mengatas namakan malaikat yang mengatas namakan Allah, dan ditulis oleh sahabat Nabi semuanya secara cicilan selama 23 tahun. Karena ini merupakan hasil rangkuman dari 3 atau 4 mulut, maka ia berakhir dengan tidak jelas siapa sejatinya yang berkata. Muhammad, Malaikat atau Allah-kah yang berkata.
Untuk menghindari kebingungan itu, Montgomery Watt menahan diri dengan cara membakukan istilah: Al Qur’an berkata! Keunikan dan keanehan semua itu tidak mengapa, orang boleh percaya atau tidak percaya. Tetapi yang paling merisaukan dari keunikan Al Qur’an adalah kenyataan bahwa ia adalah satu-satunya Kitab Suci didunia yang isinya men-salah-salahkan Kitab Suci orang lain, Nabi dan Tuhan orang lain, serta men-salah-salahkan agama dan kekafiran komunitas lainnya, semuanya tanpa sedikitpun menyertakan bukti penunjang! Bahkan sampai memerintahkan memerangi, melaknati dan membunuhi orang-orang lain tersebut. Perlukah kebenaran intrinsik Al Qur’an – dan bukan pembenarannya – dibuktikan dengan men-salah-salahkan Kitab Suci agama lain dan memerangi penganutnya?
Kaum Muslimin yang mula-mula terpencar-pencar di pelbagai daerah. Mereka memiliki naskah ayat-ayat Al Qur’an yang susunan surat-suratnya berlainan, bahkan susunan ayat-ayat-nyapun masing-masing tidak sama. Terdapat pula perbedaan-perbedaan ejaan dan isi diantara mereka. Hal ini merupakan akibat dari cara Jibril menurunkan 6 ribuan ayat-ayatNya secara cicilan selama 23 tahun kenabian Muhammad.